TAMBAHAN MATERI KELAS X (Semester 2)
BAB II
MENGELOLA KONFLIK
Konflik adalah adanya pertentangan yang
timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah
ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupa perselisihan
(disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya
kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering
menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana
pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Substantive conflicts merupakan perselisihan yang
berkaitan dengan tujuan kelompok, pengalokasian sumber dalam suatu organisasi,
distribusi kebijaksanaan dan prosedur serta pembagian jabatan pekerjaan.
Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan
marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya
pertentangan anatr pribadi (personality clashes).Dalam sebuah organisasi,
pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling terkait dengan pekerjaan
pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi,
penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang tidak efektif yang
menjadi kambing hitam.
Tambahan
materi tentang konflik Intrapersonal (Konflik dalam diri Individu itu sendiri)
Konflik
dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overload, dimana ia
dibebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan dapat pula
terjadi ketika dihadapkan pada suatu titik di mana ia harus membuat keputusan
yang melibatkan pemilihan alternatif yang terbaik.
Perspektif
di bawah ini mengentifisikan empat episode konflik, dikutip dari tulisan Thomas
V.Banomaa dan Gerald Zaltman dalam buku Psychology for Management :
§ Approach-approach
conflict ,yaitu situasi dimana seseorang harus memilih salah satu diantara
beberapa alternatif yangsama baiknya.
§ Avoidance-avoidance
conflict, yaitu situasi dimana seseorang terpaksa memilih salah satu di antara
beberapa alternatif tujuan yang sama buruknya.
§ Aproach-avoidance
conflict, yaitu merupakan suatu situasi di mana seseorang terdorong oleh
keinginan yang kuat untuk mencapai satu tujuan, tetapi disisi lain secara
stimultan selalu terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek tidak
menguntungkan yang tidak bisa lepas dari proses pencapaian tujuan itu sendiri.
§ Multiple
aproach-avoidance conflict, yaitu suatu situasi di mana seseorang terpaksa dihadapkan pada kasus
kombinasi ganda dari approach-avoidance conflict.
Konflik
yang berasal dari dalam diri sendiri (masalah intern) seringkali disebabkan
oleh unsur-unsur berikut :
a)
Rasa kurang percaya diri
b)
Latar belakang pendidikan yang kurang
memadai
c)
Budaya yang membatasi
d)
Pola asuh orang tua
e)
Masalah kesehatan seseorang
Tambahan
materi tentang konflik Interorganisasi (Konflik antar organisasi)
Konflik ini sering dikaitkan dengan
persaingan yang timbul di antara perusahaan – perusahaan swasta. Konflik
interorganisasi sebenarnya berkaitkan dengan isu yang lebih besar lagi,
contohnya perselisihan antara serikat buruh dengan perusahaan.Dalam setiap
kasus,potensi terjadinya konflik melibatkan individual yang mewakili organisasi
secara keseluruhan, bukan hanya sub-unit internal atau grup.
Konflik sebagai Suatu Proses
Konflik
merupakan proses yang dinamis, bukannya kondisi statis. Konflik memiliki awal
dan melalui banyak tahap sebelum berakhir. Ada banyak pendekatan yang baik
untuk menggambarkan proses suatu konflik antara lain sebagai berikut :
§ Antecedent
Conditions or latent conflict
Merupakan kondisi yang berpotensi
untuk menyebabkan atau mengawali sebuah episode konflik.Terkadang tindakan
agresi dapat mengawali proses konflik.Antecendent conditions dapat tidak terlihat,tidak begitu
jelas di permukaan.Perlu diingat bahwa kondisi-kondisi ini belum tentu
mengawali proses suatu konflik. Sebagai contoh,tekanan yang didapat departemen
produksi suatu perusahaan untuk menekan biaya bisa menjadi sumber frustasi
ketika manager penjualan ingin agar produksi ditingkatkan untuk memenuhi
permintaan pasar yang mendesak. Namun demikian, konflik belum tentu muncul
karena kedua belah pihak tidak berkeras memenuhi keinginannya
masing-masing.Disinilah dikatakan konflik bersifat laten,yaitu berpotensi untuk
muncul tapi dalam kenyataannya tidak
terjadi.
§ Perceived
Conflict
Agar konflik berlanjut , kedua belah
pihak harus menyadari bahwa mereka dalam keadaan terancam dalam batas-batas
tertentu. Tanpa rasa terancam ini salah satu pihak dapat saja melakukan sesuatu
yang berakibat negatif bagi pihak lain, namun tidak disadari sebagai ancaman.
§ Felt
Conflict
Persepsi berkaitan erat dengan
perasaan. Karena itulah jika orang merasakan adanya perselisihan baik secara
aktual maupun potensial,ketegangan,frustasi,rasa marah maupun kegusaran akan
bertambah.
§ Manifest
Conflict
Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk beraksi
terhadap situasi tersebut. Begitu banyak reaksi yang mungkin muncul pada tahap
ini, tindakan agresif atau bahkan munculnya niat yang baik yang mengahasilkan
penyelesaian masalah yang konstruktur.
§ Conflict Resolution or Suppression
Konflik resolution atau hasil dari
konflik dapat muncul dalam berbagai cara.Tetapi terkadang terjadi pengacauan
(suppression) dari konflik itu sendiri.
§ Conflict Alternatif
Ketika konflik terselesaikan,tetap
ada perasaan yang tertinggal.Jika yang teringga adalah perasaan tidak enak dan
ketidakpuasan hal ini dapat menjai kondisi yang potensial untuk episode konflik
yang selanjutnya.
Penyebab Terjadinya Konflik
Penyelesaian
efektif dari suatu konflik seringkali menuntut agar faktor-faktor penyebabnya
diubah. Penyebab terjadinya konflik dikelompokkan dalam tiga kategori
besar, yaitu karakteristik individual , beberapa kondisi umum yang muncul di
antara orang-orang dan grup, serta desain dan struktur organisasi sendiri.
Karakteristik Individual
Berikut
ini merupakan perbedaan individual antar orang-orang yang mungkin dapat
melibatkan seseorang dalam konflik.
a.
Nilai sikap dan kepercayaan (Values,
Attitude, dan Baliefs).
b.
Kebutuhan dan kepribadian (Needs and
Personality).
c.
Perbedaan persepsi (Perseptual
Differences).
Faktor Situasi
a. Kesempatan dan
kebutuhan berinteraksi (Oppurtunity and Need to Interact).
b. Kebutuhan untuk berkonsensus (Need for Consensus).
c. Ketergantungan satu pihak kepada pihak lain (Dependency
of One Party to Another)
d. Perbedaan status (Status Differences)
e. Rintangan komunikasi (Communication Barriers).
f. Batas-batas tanggungjawab dan jurisdiksi yang tidak jelas
(Ambiguous Tespondibilites and Jurisdictions).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar